
Jakarta, 15 Februari 2025 – Kasus yang menyeret nama Vadel Badjideh mencuat ke publik setelah muncul laporan dugaan persetubuhan terhadap anak di bawah umur serta pemaksaan aborsi. Dugaan ini semakin diperkuat dengan bukti dan kesaksian yang diungkap oleh keluarga korban, yang tak lain adalah anak dari Nikita.
Kasus ini menyoroti persoalan kekerasan seksual dan eksploitasi psikologis yang masih marak terjadi, terutama terhadap anak-anak dan perempuan di bawah umur. Pihak kepolisian saat ini tengah mendalami kasus ini dengan serius dan berjanji akan mengusut tuntas dugaan kejahatan yang dilakukan oleh Vadel.
Kronologi Kasus: Dari Bujuk Rayu hingga Pemaksaan Aborsi
Menurut sumber kepolisian, hubungan antara Vadel dan korban bermula dari perkenalan yang berlanjut ke tahap romantis. Namun, di balik hubungan tersebut, terungkap bahwa Vadel diduga menggunakan taktik manipulatif untuk membangun ketergantungan emosional pada korban.
Berbagai laporan menyebutkan bahwa korban mengalami tekanan mental yang cukup besar sepanjang hubungan tersebut. Keadaan semakin memburuk ketika korban dikabarkan hamil, di mana Vadel diduga memberikan ancaman dan paksaan agar korban menggugurkan kandungannya.
Berdasarkan keterangan kuasa hukum korban, upaya pemaksaan aborsi ini dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari bujukan halus hingga ancaman terselubung yang membuat korban merasa tidak memiliki pilihan lain. “Korban berada dalam tekanan yang luar biasa. Ia tidak hanya mengalami trauma fisik, tetapi juga psikologis,” ungkap pengacara korban dalam konferensi pers pada Jumat (14/2).
Penyelidikan Polisi: Pengumpulan Bukti dan Potensi Jerat Hukum
Polisi telah menerima laporan dari pihak keluarga korban dan segera melakukan penyelidikan lebih lanjut. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan, termasuk keluarga korban, sahabat dekat, serta beberapa pihak yang memiliki informasi mengenai hubungan antara Vadel dan korban.
Juru bicara kepolisian, Kombes Pol Arief Budiman, menyatakan bahwa pihaknya telah mengantongi beberapa barang bukti yang dapat memperkuat dugaan tindak pidana ini. “Kami telah mengamankan bukti berupa rekaman komunikasi, tangkapan layar percakapan, serta hasil pemeriksaan medis yang mengonfirmasi kondisi korban pasca-kejadian,” ujar Arief Budiman.
Jika terbukti bersalah, Vadel Badjideh bisa dijerat dengan sejumlah pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014, yang mengatur tentang persetubuhan terhadap anak di bawah umur. Hukuman yang mengancam bisa mencapai lebih dari 10 tahun penjara, ditambah dengan pasal terkait pemaksaan aborsi yang bisa memperberat hukuman.
Dampak Psikologis terhadap Korban
Kasus ini tidak hanya menjadi persoalan hukum tetapi juga berdampak besar pada kondisi psikologis korban. Trauma yang dialami korban akibat hubungan manipulatif dan pemaksaan aborsi bisa menimbulkan efek jangka panjang jika tidak ditangani dengan baik.
Menurut psikolog klinis Dr. Anita Widjaja, korban kekerasan seksual sering kali mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), depresi, hingga kehilangan kepercayaan diri. “Korban yang mengalami tekanan dalam hubungan seperti ini biasanya mengalami kesulitan membangun kembali kepercayaan pada orang lain dan membutuhkan pendampingan psikologis yang intensif,” jelasnya.
Sejumlah lembaga perlindungan anak dan perempuan telah menyerukan pentingnya pendampingan bagi korban agar mereka bisa bangkit dari trauma.
Reaksi Publik dan Tuntutan Keadilan
Kasus ini memicu reaksi keras di media sosial. Tagar #JusticeForVictim dan #TangkapVadel menjadi trending di berbagai platform, menunjukkan besarnya dukungan masyarakat terhadap korban dan tuntutan agar pelaku segera diproses secara hukum.
Banyak aktivis dan organisasi hak perempuan yang juga ikut bersuara. Mereka menekankan bahwa kasus ini harus menjadi momentum untuk memperkuat perlindungan hukum bagi anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual.
“Kami tidak ingin kasus ini hanya menjadi sensasi media tanpa adanya tindakan nyata. Kami mendesak pihak berwenang untuk memberikan hukuman yang setimpal bagi pelaku agar ada efek jera,” ujar Ratna Sari, seorang aktivis dari LSM Perlindungan Perempuan dan Anak.
Langkah Selanjutnya dalam Kasus Ini
Saat ini, penyelidikan masih terus berjalan dan kepolisian berjanji akan memberikan perkembangan terbaru mengenai kasus ini. Vadel Badjideh sendiri telah dipanggil untuk pemeriksaan dan dalam waktu dekat akan menjalani proses hukum lebih lanjut.
Kasus ini menjadi pengingat penting akan bahaya hubungan manipulatif serta pentingnya perlindungan bagi anak-anak dan perempuan dari kekerasan seksual. Publik kini menanti apakah kasus ini benar-benar akan ditegakkan dengan adil, atau akan menjadi satu dari sekian banyak kasus yang berlalu tanpa kejelasan hukum.
Kasus ini terus berkembang. Nantikan pembaruan selanjutnya!