
Banjarmasin – Kalimantan Selatan (Kalsel) baru-baru ini dinyatakan dalam kondisi darurat sampah. Pemerintah daerah, bersama dengan sejumlah organisasi lingkungan dan masyarakat setempat, mengungkapkan kekhawatirannya terkait volume sampah yang terus meningkat tanpa ada sistem pengelolaan yang memadai. Sampah yang menumpuk tidak hanya merusak estetika, tetapi juga berpotensi menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang kondisi darurat sampah yang tengah melanda Kalimantan Selatan, penyebab utama masalah ini, serta langkah-langkah yang telah diambil dan yang masih perlu dilakukan untuk mengatasi krisis sampah yang semakin memprihatinkan.
1. Dampak Krisis Sampah di Kalimantan Selatan
Kondisi darurat sampah di Kalsel berawal dari tingginya volume sampah rumah tangga dan industri yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dirilis oleh Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan, sekitar 1.500 ton sampah dihasilkan setiap hari di wilayah ini. Sampah ini terdiri dari berbagai jenis, mulai dari sampah rumah tangga, plastik, hingga sampah industri yang sulit terurai.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan berbagai masalah serius, seperti banjir, polusi udara, dan pencemaran air. Sampah plastik, terutama, telah mencemari sejumlah sungai besar di Kalsel, seperti Sungai Barito dan Sungai Martapura. Selain itu, tumpukan sampah yang tidak dikelola dengan benar juga menjadi tempat berkembangnya penyakit seperti demam berdarah, diare, dan penyakit pernapasan.
Pihak berwenang menyebutkan bahwa beberapa kawasan di Banjarmasin, ibukota provinsi Kalsel, telah menjadi titik kritis akibat penumpukan sampah yang tidak terkendali. Kebersihan kota semakin terganggu, dan kualitas hidup warga semakin menurun akibat bau busuk dan kerusakan lingkungan.
2. Penyebab Utama Darurat Sampah di Kalimantan Selatan
a. Kurangnya Infrastruktur Pengelolaan Sampah
Salah satu penyebab utama dari krisis sampah ini adalah kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai. Fasilitas pembuangan sampah yang ada, seperti tempat pembuangan akhir (TPA) dan fasilitas daur ulang, sudah tidak mampu menampung jumlah sampah yang terus meningkat. Beberapa daerah bahkan harus menggunakan sistem pembakaran sampah yang menambah polusi udara.
“TPA yang ada sudah penuh dan tidak lagi mampu menampung sampah yang terus bertambah. Sistem pemisahan sampah untuk daur ulang juga masih sangat rendah. Kami butuh lebih banyak tempat pengolahan sampah dan program edukasi untuk masyarakat mengenai pemilahan sampah,” kata Maya Suryanti, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalsel.
b. Kebiasaan Masyarakat yang Kurang Peduli Lingkungan
Salah satu faktor utama lainnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan, baik di sungai, jalanan, atau bahkan di area yang tidak seharusnya. Padahal, menurut para ahli, sekitar 70% sampah yang dihasilkan bisa didaur ulang atau diolah kembali, namun sebagian besar sampah masih dibuang tanpa pemilahan yang benar.
“Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah dan daur ulang masih sangat rendah. Sampah yang seharusnya bisa didaur ulang atau diproses menjadi energi terbuang begitu saja,” ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, saat melakukan kunjungan kerja di Kalimantan Selatan.
c. Pertumbuhan Populasi dan Perkembangan Industri
Dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan peningkatan industri di Kalimantan Selatan, volume sampah juga mengalami lonjakan yang signifikan. Proyek-proyek pembangunan, terutama yang terkait dengan sektor pertambangan dan perkebunan, menghasilkan sampah yang sulit diolah. Pabrik-pabrik besar yang tersebar di wilayah ini juga menghasilkan limbah industri yang terkadang tidak dikelola dengan baik.
3. Langkah Pemerintah dan Masyarakat dalam Mengatasi Krisis Sampah
Tanggapan dari pemerintah daerah dan pihak terkait menunjukkan komitmen untuk mengatasi krisis sampah ini. Berikut adalah beberapa langkah yang sudah dan sedang dilakukan:
a. Pembangunan Infrastruktur Pengelolaan Sampah
Pemerintah Kalimantan Selatan bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah. Salah satunya adalah pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) yang akan memungkinkan pemisahan dan daur ulang sampah dengan lebih efisien. Selain itu, program zero waste juga mulai diperkenalkan di beberapa wilayah untuk mengurangi sampah yang terbuang ke TPA.
b. Edukasi dan Kampanye Lingkungan
Program edukasi untuk masyarakat menjadi salah satu fokus utama. Pemerintah telah menggandeng sekolah-sekolah, komunitas lingkungan, serta organisasi masyarakat untuk mengedukasi warga mengenai pentingnya pemilahan sampah dan pengurangan sampah plastik. Kampanye “Ayo Cintai Lingkungan” juga gencar dilakukan melalui berbagai media sosial dan media massa.
c. Kolaborasi dengan Sektor Swasta
Kolaborasi dengan sektor swasta juga menjadi solusi untuk menangani sampah. Beberapa perusahaan besar yang beroperasi di Kalimantan Selatan kini telah bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya pengelolaan limbah industri dan daur ulang sampah plastik. Program Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan-perusahaan ini juga difokuskan pada penanganan sampah.
4. Tantangan yang Masih Dihadapi
Meskipun langkah-langkah ini telah menunjukkan hasil yang positif, tantangan terbesar tetap berada pada penegakan hukum dan komitmen jangka panjang. Banyak warga yang masih membuang sampah sembarangan meski sudah ada aturan yang jelas. Selain itu, kurangnya dana untuk membangun fasilitas pengolahan sampah yang memadai menjadi hambatan utama dalam upaya mengurangi krisis sampah ini.
“Pemerintah daerah harus lebih tegas dalam penegakan aturan. Masyarakat juga harus berpartisipasi aktif dalam program pengelolaan sampah,” tambah Maya Suryanti.
Kesimpulan: Darurat Sampah yang Perlu Penanganan Serius
Kalimantan Selatan menghadapi tantangan besar terkait pengelolaan sampah, yang kini telah memasuki tahap darurat. Meskipun sudah ada berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, keberhasilan memerlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Tanpa adanya peningkatan kesadaran dan pengelolaan yang lebih baik, krisis sampah di Kalimantan Selatan bisa semakin parah dan berdampak pada kesehatan serta kualitas hidup masyarakat.
Pemilahan sampah yang tepat, peningkatan infrastruktur, dan edukasi lingkungan menjadi kunci utama untuk menanggulangi masalah ini. Langkah-langkah tersebut perlu didorong agar Kalimantan Selatan tidak hanya mengatasi darurat sampah, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk masa depan.