Trump Teken Perintah Eksekutif Dorong Kembali Penggunaan Sedotan Plastik, Picu Perdebatan Sengit

Washington, D.C. – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mencuri perhatian dengan menandatangani perintah eksekutif yang mendorong penggunaan sedotan plastik, sebuah kebijakan yang bertentangan dengan tren global dalam pengurangan limbah plastik sekali pakai.

Langkah ini langsung menuai reaksi keras dari para aktivis lingkungan, komunitas bisnis, dan kelompok konservasi yang selama ini berjuang untuk mengurangi polusi plastik. Namun, di sisi lain, kebijakan ini mendapat dukungan dari industri plastik dan beberapa kelompok yang menilai larangan terhadap sedotan plastik berlebihan dan tidak efektif dalam mengatasi pencemaran lingkungan.


Alasan Trump Kembali Dukung Sedotan Plastik

Dalam pernyataannya di Gedung Putih, Trump menegaskan bahwa kampanye melawan sedotan plastik adalah bagian dari “agenda sayap kiri radikal” yang hanya akan menyulitkan masyarakat dan bisnis.

“Orang-orang sudah lelah dengan sedotan kertas yang mudah rusak dan tidak praktis. Kita harus kembali ke sedotan plastik yang lebih kuat, lebih efisien, dan lebih ramah konsumen,” ujar Trump dalam konferensi persnya.

Ia juga menambahkan bahwa industri plastik adalah salah satu sektor yang menciptakan jutaan lapangan kerja di Amerika, sehingga pembatasan produk plastik dianggap menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Perintah eksekutif ini berisi beberapa poin utama:
Mencabut kebijakan pembatasan sedotan plastik di restoran, kafe, dan tempat umum yang diberlakukan di era administrasi sebelumnya.
Memberikan insentif pajak bagi produsen plastik yang meningkatkan kapasitas produksi mereka.
Melarang negara bagian atau kota yang menerima dana federal untuk menerapkan larangan penggunaan sedotan plastik.

Keputusan ini diperkirakan akan berdampak luas, terutama di negara-negara bagian yang sebelumnya telah menerapkan aturan ketat terkait pengurangan plastik sekali pakai.


Reaksi Beragam: Industri Plastik Mendukung, Aktivis Lingkungan Murka

Langkah Trump langsung mendapat dukungan penuh dari industri plastik, terutama dari Asosiasi Industri Plastik Amerika (PLASTICS) yang menyebut kebijakan ini sebagai “angin segar bagi sektor manufaktur plastik”.

“Ini adalah keputusan yang akan menyelamatkan ribuan bisnis kecil yang sebelumnya kesulitan beralih ke alternatif yang lebih mahal,” ujar Tony Radoszewski, Presiden PLASTICS.

Di sisi lain, para aktivis lingkungan langsung mengecam keputusan ini, menyebutnya sebagai langkah mundur dalam perjuangan melawan pencemaran plastik.

Menurut laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), sedotan plastik termasuk dalam 10 besar jenis sampah plastik yang paling sering ditemukan di lautan. Setiap tahunnya, diperkirakan ada 8 juta ton plastik yang berakhir di lautan, mengancam kehidupan laut dan merusak ekosistem.

“Perintah eksekutif ini sama saja dengan membiarkan polusi plastik merusak lingkungan lebih jauh. Sedotan plastik mungkin kecil, tapi dampaknya sangat besar bagi lautan dan satwa liar,” ujar Lisa Ramsden, aktivis dari Greenpeace USA.


Pakar: Kebijakan Ini Tak Akan Berdampak Signifikan Secara Ekonomi

Beberapa ekonom menilai bahwa keputusan Trump ini sebenarnya lebih bersifat politis dibandingkan memiliki dampak ekonomi yang besar.

Menurut Prof. Richard Walker, seorang analis kebijakan lingkungan dari University of California, dampak ekonomi dari larangan sedotan plastik sebenarnya relatif kecil, karena sedotan hanya menyumbang kurang dari 0,03% dari total konsumsi plastik dunia.

“Trump mencoba menjadikan ini sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan lingkungan progresif, padahal secara ekonomi, dampaknya bagi industri plastik tidak terlalu besar,” jelas Walker.

Sementara itu, beberapa restoran cepat saji besar seperti McDonald’s, Starbucks, dan Burger King sudah lebih dulu beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti sedotan berbahan kertas atau bioplastik yang dapat terurai lebih cepat.


Implikasi Internasional: AS Bertentangan dengan Tren Global

Langkah Trump ini juga berpotensi membuat Amerika Serikat semakin terisolasi dalam kebijakan lingkungan global.

Beberapa negara besar seperti Uni Eropa, Inggris, dan Kanada telah menerapkan larangan penuh terhadap sedotan plastik sebagai bagian dari strategi mereka untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai.

Bahkan di kawasan Asia, China telah membatasi produksi dan distribusi sedotan plastik sejak tahun 2021, sementara negara-negara seperti Indonesia dan Filipina tengah menggodok regulasi yang lebih ketat terkait limbah plastik.

“Dengan kebijakan ini, AS tampaknya memilih untuk tidak ikut dalam upaya global mengatasi krisis plastik. Ini bisa berdampak buruk pada citra negara di mata dunia,” ujar Dr. Anna Peterson, pakar kebijakan lingkungan dari University of Cambridge.


Kesimpulan: Kebijakan yang Penuh Kontroversi

Keputusan Trump untuk mendorong kembali penggunaan sedotan plastik memicu perdebatan tajam di berbagai kalangan.

🔴 Pendukung kebijakan ini menilai bahwa larangan sedotan plastik hanyalah langkah simbolis yang tidak berdampak besar pada lingkungan, tetapi justru menambah beban bagi industri dan konsumen.

🟢 Penentang kebijakan ini berargumen bahwa langkah ini akan memperparah pencemaran plastik dan membuat AS semakin tertinggal dalam upaya global mengatasi krisis lingkungan.

Terlepas dari perdebatan yang terjadi, keputusan ini menandai kembalinya kebijakan pro-industri plastik di bawah kepemimpinan Trump, sekaligus menunjukkan bagaimana isu lingkungan tetap menjadi medan pertempuran politik yang sengit di Amerika Serikat.

Apakah kebijakan ini akan bertahan atau justru mendapat penolakan luas dari masyarakat dan negara bagian? Hanya waktu yang bisa menjawab.

  • Related Posts

    Baim Wong Tegaskan Tak Pernah Ajarkan Anak Jauhi Paula Verhoeven, Ini Penjelasannya

    ​Baim Wong dan Paula Verhoeven tengah menjalani proses perceraian yang menarik perhatian publik. Salah satu isu yang mencuat adalah reaksi anak-anak mereka saat bertemu Paula. Pada sidang pemeriksaan setempat yang…

    Polisi Tangkap 10 Anggota Geng Motor Pelaku Pengeroyokan Juru Parkir di Bandung

    Polisi telah menangkap sepuluh anggota geng motor yang diduga terlibat dalam pengeroyokan seorang juru parkir hingga tewas di sebuah minimarket di Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Penangkapan dilakukan di Garut dan…

    You Missed

    Hery Gunardi Resmi Menjabat Dirut BRI: Profil, Rekam Jejak, dan Tantangan ke Depan

    Hery Gunardi Resmi Menjabat Dirut BRI: Profil, Rekam Jejak, dan Tantangan ke Depan

    “Panduan Lengkap Pembagian Warisan Rumah Orang Tua Sesuai Hukum: Jangan Sampai Salah!”

    “Panduan Lengkap Pembagian Warisan Rumah Orang Tua Sesuai Hukum: Jangan Sampai Salah!”

    SBY Hadiri Pengumuman Pengurus DPP Demokrat 2025-2030, Ini Susunan Lengkapnya

    SBY Hadiri Pengumuman Pengurus DPP Demokrat 2025-2030, Ini Susunan Lengkapnya

    “Ahmad Dhani dan Once Mekel Berselisih Soal Royalti Lagu ‘Separuh Nafas’: Benarkah Harus Bayar Rp10 Juta?”

    “Ahmad Dhani dan Once Mekel Berselisih Soal Royalti Lagu ‘Separuh Nafas’: Benarkah Harus Bayar Rp10 Juta?”

    Baim Wong Tegaskan Tak Pernah Ajarkan Anak Jauhi Paula Verhoeven, Ini Penjelasannya

    Baim Wong Tegaskan Tak Pernah Ajarkan Anak Jauhi Paula Verhoeven, Ini Penjelasannya

    Honda Siapkan 3 Mobil Hybrid untuk Indonesia di 2025, Ini Model dan Perkiraannya!

    Honda Siapkan 3 Mobil Hybrid untuk Indonesia di 2025, Ini Model dan Perkiraannya!