
Jombang, 28 Februari 2025 – Ribuan warga dan wisatawan tumpah ruah dalam perayaan Kenduren Durian Wonosalam 2025, sebuah tradisi syukuran panen durian yang menjadi ikon budaya masyarakat Wonosalam, Jombang, Jawa Timur. Festival tahunan ini tidak hanya menjadi ajang syukur bagi para petani durian, tetapi juga sarana promosi wisata yang menarik minat pengunjung dari berbagai daerah, bahkan mancanegara.
Acara yang digelar di Lapangan Kecamatan Wonosalam pada Minggu (23/2) ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari petani, pejabat daerah, pelaku usaha, hingga wisatawan yang ingin merasakan langsung kemeriahan tradisi ini. Selain ritual adat, festival ini juga menghadirkan berbagai lomba, pertunjukan seni budaya, dan tentu saja pesta durian yang menjadi daya tarik utama.
Makna dan Sejarah Kenduren Durian
Kenduren Durian merupakan tradisi turun-temurun yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Dalam budaya masyarakat Wonosalam, ritual ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen durian yang melimpah.
Wonosalam sendiri dikenal sebagai salah satu sentra penghasil durian terbaik di Jawa Timur. Dengan tanah yang subur dan iklim yang mendukung, daerah ini menghasilkan berbagai varietas durian unggulan, seperti durian Bido yang terkenal dengan dagingnya yang tebal dan cita rasa legit.
Ketua Panitia Kenduren Durian 2025, Sutrisno, menjelaskan bahwa festival ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya gotong royong serta mempererat tali silaturahmi antarwarga.
“Selain sebagai bentuk syukur, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi warga dan promosi potensi wisata lokal. Setiap tahunnya, jumlah wisatawan terus meningkat, yang berdampak positif bagi perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Prosesi Ritual Kenduren Durian
Acara dimulai dengan kirab tumpeng durian raksasa, yang menjadi simbol kemakmuran hasil panen. Tumpeng ini tersusun dari ribuan durian yang dikumpulkan oleh para petani dari seluruh desa di Wonosalam.
Setelah kirab, tumpeng durian diletakkan di atas panggung utama dan dilakukan prosesi doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat dan ulama setempat. Doa ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur dan permohonan agar hasil panen di tahun-tahun berikutnya semakin melimpah.
Setelah prosesi doa selesai, acara yang paling dinantikan pun tiba: pembagian durian gratis kepada para pengunjung! Ribuan buah durian dibagikan dan dinikmati bersama-sama, menciptakan suasana kebersamaan yang kental di antara para peserta.
Lomba dan Atraksi Budaya Meriahkan Acara
Selain ritual utama, Kenduren Durian juga dimeriahkan oleh berbagai lomba dan pertunjukan budaya yang semakin menambah semarak suasana. Beberapa di antaranya adalah:
- Lomba makan durian cepat yang selalu menjadi favorit pengunjung. Para peserta harus menghabiskan beberapa buah durian dalam waktu sesingkat mungkin.
- Kontes durian terbaik, di mana para petani bersaing untuk mendapatkan predikat durian terenak berdasarkan ukuran, rasa, dan tekstur dagingnya.
- Festival seni tradisional, termasuk pertunjukan Reog Ponorogo, Jaranan, dan Tari Topeng khas Jawa Timur.
- Pasar rakyat, yang menjual aneka olahan durian seperti dodol durian, es krim durian, hingga kopi durian.
Salah satu peserta lomba makan durian, Hendra (30), asal Surabaya, mengaku sangat antusias mengikuti festival ini.
“Saya selalu datang setiap tahun karena suasananya sangat seru! Bisa makan durian sepuasnya dan menikmati hiburan khas Jawa Timur. Ini pengalaman yang luar biasa!” ujarnya dengan semangat.
Dampak Positif bagi Ekonomi dan Pariwisata Lokal
Tak bisa dipungkiri, Kenduren Durian memiliki dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat Wonosalam. Setiap tahunnya, festival ini menarik ribuan pengunjung yang membawa berkah bagi sektor perhotelan, transportasi, dan kuliner lokal.
Bupati Jombang, Mundjidah Wahab, dalam sambutannya menyatakan bahwa festival ini menjadi salah satu event unggulan Kabupaten Jombang dan terus didorong untuk berkembang menjadi agenda wisata nasional.
“Kami ingin menjadikan Kenduren Durian sebagai festival berskala nasional bahkan internasional. Dengan promosi yang tepat, Wonosalam bisa menjadi destinasi wisata utama bagi pecinta durian,” ujarnya.
Beberapa pelaku usaha durian juga merasakan dampak positif dari festival ini. Sutarman (45), seorang petani durian lokal, mengungkapkan bahwa sejak adanya festival ini, harga dan permintaan durian dari luar daerah meningkat pesat.
“Dulu durian kami hanya dijual di pasar lokal, tapi sekarang banyak pembeli dari luar kota, bahkan dari luar negeri. Festival ini benar-benar membawa rezeki bagi kami para petani,” katanya.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski sukses besar, Kenduren Durian juga menghadapi beberapa tantangan, seperti kemacetan lalu lintas akibat lonjakan wisatawan dan fluktuasi hasil panen akibat perubahan cuaca. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah daerah berencana menyiapkan infrastruktur yang lebih baik serta mendukung inovasi dalam budidaya durian.
Selain itu, ada rencana untuk mengembangkan festival ini dengan mengundang lebih banyak pelaku usaha dan wisatawan internasional agar Kenduren Durian bisa semakin dikenal di kancah global.
Kesimpulan
Kenduren Durian Wonosalam bukan hanya sekadar festival tahunan, tetapi juga wujud syukur dan kebanggaan masyarakat terhadap hasil panen mereka. Dengan kombinasi antara tradisi, kuliner, dan hiburan, festival ini berhasil menjadi daya tarik wisata yang mendongkrak perekonomian daerah.
Bagi para pecinta durian dan wisata budaya, Kenduren Durian Wonosalam adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Tahun depan, apakah Anda siap menikmati pesta durian terbesar di Indonesia?